Allah Ta’ala berfirman:
“Allah telah menurunkan perkataan yang paling
baik (yaitu) Al Qur'an yang serupa (mutu ayatayatnya) lagi berulang-ulang, gemetar karenanya
kulit orang-orang yang takut kepada Tuhannya,
kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka di
waktu mengingat Allah.” (Qs Az-Zumar [39] : 23)
“Sesungguhnya orang-orang yang diberi
pengetahuan sebelumnya apabila Al Qur'an
dibacakan kepada mereka, mereka menyungkur
atas muka mereka sambil bersujud, dan mereka
berkata: "Maha Suci Tuhan kami, sesungguhnya
janji Tuhan kami pasti dipenuhi". Dan mereka
menyungkur atas muka mereka sambil menangis
dan mereka bertambah khusyu'.” (QS Al-Israa [17] :
107-109)
Telah diriwayatkan dari Abu Hurairah , ia berkata: “Aku mendengar Rasulullah bersabda:
“Ada tujuh golongan yang bakal dinaungi oleh Allah
di bawah naungan-Nya, pada hari yang tidak ada
naungan kecuali naungan-Nya, yaitu: Pemimpin
yang adil, pemuda yang tumbuh dengan ibadah
kepada Allah (selalu beribadah), seseorang yang
hatinya bergantung kepada mesjid (selalu
melakukan shalat jamaah di dalamnya), dua orang
yang saling mengasihi di jalan Allah, keduanya
berkumpul dan berpisah karena Allah, seorang yang
diajak perempuan berkedudukan dan cantik (untuk
berzina), tapi ia mengatakan: Aku takut kepada
Allah, seseorang yang memberikan sedekah
kemudian merahasiakannya sampai tangan
kanannya tidak tahu apa yang dikeluarkan tangan
kirinya dan seseorang yang berzikir (mengingat)
Allah dalam kesendirian, lalu meneteskan air mata
dari kedua matanya.” (HR Bukhari Muslim, dan
lainnya).
"Tidak akan masuk neraka seseorang yang
menangis karena takut kepada Allah sehingga susu
itu dapat kembali ke tempat asalnya. Tidak akan
berkumpul debu fisabilillah itu dengan asap neraka
Jahanam." (diriwayatkan dari Abu Hurairah , oleh
At-Tirmidzin (hasan shahih), an-Nasa’i dan alHakim (shahih)
Nabi bersabda:
”Tuba (sebuah pohon di Surga yang besarnya
sepanjang perjalanan seratus tahun, dan pakaian
penduduk Surga keluar dari kulit-kulitnya-
Diriwayatkan oleh Ahmad dan lainnya) adalah bagi
orang yang mengendalikan lisannya, rumahnya
cukup baginya, dan yang menangisi kesalahankesalahannya.” (Diriwayatkan dari Tsauban oleh
Ath-Thabrani dalam Al-Ausath was-Saghir, dengan
sanad hasan).
Dari Uqbah bin Amir ia bertanya:
”Aku berkata, Ya Rasulullah! Apakah keselamtan
itu?” Beliau menjawab: ”Mengendalikan lisanmu,
merasa nyaman dengan rumahmu dan menangisi
kesalahan-kesalahanmu.” (Diriwayatkan oleh Ibnu
al-Mubarak dalam Az-Zuhd, Ahmad, at-Tirmdizi,
dan lain-lain, hadits shahih).
Waspadalah terhadap Kerasnya Hati
Waspadalah terhadap kerasnya hati, karena ia dapat
membawamu ke neraka. Maka jagalah hatimu dari
menjadi keras dan dari segala hal yang dapat
menyebabkannya mengeras, dan waspadalah dari
berpaling dari peringatan Allah Ta’ala.
“Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang
beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat
Allah dan kepada kebenaran yang telah turun
(kepada mereka), dan janganlah mereka seperti
orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan Al
Kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang
panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi
keras. Dan kebanyakan di antara mereka adalah
orang-orang yang fasik.” (QS Al-Hadid [57] : 16)
Disebutkan dalam penjelasan ayat ini, yang
diriwayatkan oleh Abu Hazim, bahwa Amir bin
Abdullah bin Az-Zubair mengatakan kepadanya
bahwa ayahnya mengabarkan kepadanya bahwa
hanya empat tahun berlalu antara waktu mereka
masuk Islam dan diturunkannya ayat ini, yang
melaluinya Allah mencela mereka (Shahih Sunan
Ibnu Majah). Ibnu Abbas berkata dalam penjelasan
terhadap ayat ini, ”Mereka menjadi condong kepada
dunia ini dan berpaling dari peringatan Allah”. (AlBaghawi menyebutkannya di dalam tafsirnya).
Tangisan
1
adalah Rahmat yang Allah Letakkan di Hati
Hamba-Hamba-Nya
Dari Usama bin Zaid , ia berkata:
1
Ibnu Qayyim berkata: “Jenis-jenis tangisan adalah: 1) tangisan
kasih sayang dan perhatian, 2) tangisan karena takut dan
penghormatan, 3) tanigsan cinta dan kerinduan, 4) tangisan
kegembiraan dan kebahagiaan, 5) tangisan kekhawatiran dan
penderitaan karena sakit yang tidak tertahankan, 6) tangisan
kesedihan, 7) tangisan karena kelelahan dan kelemahan, 8) tangisan
orang munafik, yakni manakala matanya dipenuhi air mata padahal
hatinya keras, 9) tangisan dusta dan dibayar, seperti wanita yang
dibayar untuk menangis, 10) tangisan ikut-ikutan, yakni ketika
seseorang melihat orang lain menangis karena suatu kejadian, dia
pun mulai menangis, tanpa mengetahui apa yang mereka tangisi
(Zadul Ma’ad).
” Kami sedang berada di dekat Rasulullah . ketika
seorang di antara putri beliau menyuruh seseorang
memanggil beliau dan memberi kabar bahwa anak
putri beliau itu sedang menghadapi maut,
Rasulullah . bersabda kepada utusan tersebut:
Kembalilah dan kabarkan kepadanya bahwa apa
yang Allah ambil dan Allah berikan adalah milikNya semata. Segala sesuatu di sisi-Nya adalah
dengan batas waktu tertentu. Suruhlah ia untuk
bersabar dan mengharap pahala. Utusan itu
kembali dan berkata: Dia berjanji akan memenuhi
pesan-pesan itu. Lalu Nabi . berdiri diikuti oleh
Saad bin Ubadah dan Muadz bin Jabal. Aku pun
(Usamah bin Zaid) ikut berangkat bersama mereka.
Kemudian anak (dari putri beliau) diangkat kepada
beliau dan jiwanya bergolak seperti berada dalam
qirbah (tempat air) tua.
2
Kedua mata Rasulullah .
menitikkan air mata. Lalu Saad bertanya: Apa arti
air mata itu, ya Rasulullah? Rasulullah . bersabda:
Ini adalah rahmat (kasih sayang) yang diletakkan
Al-Qa’qa: pergerakan sesuatu yang darinya suara terdengar. Arti
yang dimakudkan disini adalah gejolak emosi kesedihan. Di sini
(yakni perawi) maksudnya setiap kali seorang anak memasuki tahap
tertentu, ia tidak membutuhkan waktu lama untuk memasuki
keadaan berikutnya yang membawanya dekat kematian. Silahkan
merujuk kepada an-Nihayah
Allah dalam hati para hamba-Nya. Sesungguhnya
Allah mengasihi para hamba-Nya yang pengasih.”
(HR Bukhari-Muslim)
Tangisan Rasulullah
Ibnu Qayyim berkata dalam Zadul Ma’ad:
“Adapun tangisan Nabi keadaannya sama dengan
tawa beliau. Beliau tidak terisak keras dan
meninggikan suaranya, sama seperti beliau tidak
tertawa keras. Namun matanya akan dipenuhi air
mata sampai mengalir dan engkau mendengarkan
suara seperti suara ketel berasal dari dadanya.
Beliau menangis karena kasih sayang bagi yang
meninggal, karena takut dan rasa kasihan terhadap
umatnya, karena takut kepada Allah, karena
mendengarkan Al-Qur’an. Dan itu adalah tangisan
kerinduan, cinta dan pengagungan, disertai oleh
kekhawatiran dan khashyah (takut).”
Dari Abdullah bin Mas’ud , ia berkata:
“Rasulullah perbah berkata kepadaku: “Bacalah
Al-Qur’an kepadaku!” Saya berkata: "Ya Rasulullah,
apakah saya akan membacakan Al-Quran itu,
sedangkan ia diturunkan atas Tuan?" Beliau
bersabda: "Saya senang kalau mendengar-nya dari
orang lain." Saya lalu membacakan untuknya surat
an-Nisa', sehingga sampailah saya pada ayat - yang
artinya: "Bagaimanakah ketika Kami datangkan
kepada setiap ummat seorang saksi dan engkau
Kami jadikan saksi atas ummat ini?" - Surat anNisa' 41. Setelah itu Rasulullah . lalu bersabda:
"Sudah cukuplah bacaanmu sekarang." Saya
menoleh kepada beliau ., tiba-tiba kedua mata
beliau itu meleleh airmatanya." (HR BukhariMuslim).
3
Dari Ali , ia berkata:
“Kami tidak memiliki seorang penunggang kuda
bersama kami pada hari Badar kecuali al-Miqdad.
Semua diantara kami tidur kecuali Rasulullah
yang berada di bawah pohon, shalat dan menangis
hingga pagi.” (HR Ibnu Khuzaimah dalam Shahihnya).
Dari Abdullah bin Amr , ia berkata:
”Suatu hari di zaman Rasulullah terjadi gerhana
matahari. maka beliau berdiri dan shalat, sampai
seolah-olah beliau tidak akan ruku’, kemudian
beliau ruku’ (untuk waktu yang lama) seolah-seolah
beliau tidak akan mengangkat kepalanya, kemudian
beliau mengangkat kepalanya. Beliau tetap (dalam
keadaan demikian) dan seolah-olah beliau tidak
Januari 14, 2011
Menangis karena Takut kepada Allah
(Penjelasan dari ayat yang mulia ini telah disebutkan dalam hadits
yang diriwayatkan oleh Abi Sa’id z yang berkata bahwa
Rasulullah s berkata, “Seorang nabi akan datang dan
bersamanya ada dua orang)
akan sujud, kemudian beliau sujud, dan tetap
seperti itu sampai seolah-olah beliau tidak akan
mengangkat kepalanya, lalu beliau mengangkat
kepalanya seolah-olah beliau tidak akan sujud
kembali, kemudian beliau sujud seakan-akan beliau
tidak akan mengangkat kepalanya. Lalu beliau
mulai bernaas dengan berat dan menangis, berkata:
”Tuhanku, bukankah Engkau telah berjanji
kepadaku Engkau tidak akan menghukum mereka
ketika aku berada diantara mereka? Rabb,
bukankah Engkau telah berjanji kepadau Engkau
tidak akan menghukum mereka manakala mereka
memohon ampunan-Mu dan kami memohon
ampunan kepada-Mu?” Ketika beliau selesai
melaksanakan shalat dua raka’at, gerhana matahari
telah terang kembali dan beliau bangkit dan memuji
serta mengagungkan Allah dan kemudian beliau
bersabda: ”Matahari dan bulan adalah dua ayat
(tanda) diantara ayat-ayat Allah, keduanya tidak
mengalami gerhana karena kematian atau kelahiran
seseorang. Maka jika kalian menyaksikan gerhana,
bersegeralah untuk mengingat Allah.” (HR AnNasa’i dan Abu Dawud)
Dari Al-Bara bin Azib , ia berkata:
“Ketika kami bersama-sama dengan Rasulullah
tiba-tiba beliau melihat kepada sekelompok orang
dan berkata. “Untuk alasan apakah mereka
berkumpul disini?” Dikatakan: “Untuk menggali
kuburan.” Rasulullah pun terkejut dan cemas
dan segera mendatangi para sahabat sampai beliau
tiba di kuburan, kemudian beliau berlutut dan saya
menoleh ke wajah beliau untuk melihat apa yang
beliau lakukan. Beliau menangis sampai tanah
basah oleh air matanya, kemudian beliau berbalik
kepada kami dan berkata, “Wahai saudarasaudaraku! Bersiaplah untuk hari seperti ini!”” (HR
Bukhari dalam At-Tarikh, Ibnu Majah, Ahmad dan
lain-lainnya, hasan).
Dari Abdullah bin Ash-Shikhir , ia berkata:
“Aku melihat Rasulullah shalat bersama kami,
dan aku mendengar suara tangisan datang dari
dadanya, seperti suara belanga yang mendidih’.
(Abu Dawud, An-Nasa’i, At-Tirmidzi dalam AshShami’il, Ibnu Hajar dalam Al-Fath, sanad yang
kuat, dishahihkan oleh Ibnu Khuzaimah, Ibnu
Hibban dan Al-Hakim).
Tangisan Para Sahabat
Dari al-Irbad bin Sariyah yang berkata:
“Rasulullah pernah menasihati kami dengan
nasihat yang menggetarkan hati dan mencucurkan
air mata.” (HR Abu Dawud, at-Tirmdizi dan Ibnu
Majah).
Dari Anas , ia berkata:
”Rasulullah berkhutbah dengan sesuatu yang belum
pernah kami dengar sebelumnya. Beliau bersabda:
”Sekiranya kamu tahu apa yang saya ketahui, niscaya
kamu akan sedikit tertawa dan banyak menangis.’
Para sahabat pun menutup wajah mereka, menangis
dan terisak-isak (HR Bukhari Muslim)
4
Tangisan Abu Bakar
Bacaan Abu Bakar dalam shalat tidak dapat
didengar karena tangisannya, sebagaimana yang
diriwayatkan oleh Aisyah , ia berkata:
“Pada waktu Rasulullah sakit keras, beliau diberi
tahu tentang shalat. Lalu beliau bersabda,
'Perintahkanlah kepada Abu Bakar agar ia shalat
mengimami orang-orang.' Aisyah berkata, 'Abu
Bakar adalah laki-laki yang berhati lembut. Apabila
membaca Al-Qur'an maka dia akan dikalahkan oleh
tangisnya.' Beliau bersabda kepada mereka,
'Suruhlah (Abu Bakar) untuk mengimami shalat'
Aisyah mengulangi lagi ucapannya. Beliau bersabda,
'Suruhlah dia mengimami shalat. Sesungguhnya
(Suara tangisan tanpa isak. Kata bahasa Arab yang digunakan
adalah khaanin yang berarti suara yang keluar dari hidung (anNihayah). Al-Hafidz berkata dalam al-Fath, ia diriwayatkan sebagai
Hanin dengan “ha” oleh sebagian besar yang meriwayatkan Shahih
Bukhari, dan al-Kashmihani meriwayatkannya sebagai khanin: yang
pertama berkenaan dengan suara berasal dari isak di dalam dada dan
yang kedua dari hidung.)
kalian (kaum wanita) adalah seperti orang-orang
yang mendesak Yusuf.''
" (HR Bukhari)
”Abu Bakar adalah seorang yang berhati lembut.
Kalau ia berdiri ditempatmu, ia tidak akan mampu
shalat mengimami manusia.” (HR Bukhari)
Tangisan Umar
Tangisan Umar dapat terdengar dari shaf
terakhir, sebagaimana yang diriwayatkan kepada
kita dari Abdullah bin Shaddad, ia berkata:
”Saya mendengar isak tangis Umar dari shaf
terakhir ketika beliau membaca ayat Al-Qur’an:
”Sesungguhnya hanyalah kepada Allah aku
(Al-Hafidz berkata dalam al-Fath: “Kemiripan antara Aisyah dan
kaum Yusuf adalah bahwa isteri al-Aziz mengundang beberapa
orang wanita untuk menghormati mereka dengan jamuan namun
tujuan yang sebenarnya adalah untuk menunjukkan Nabi Yusuf
kepada mereka. Dan tampaknya tujuan Aisyah meminta Nabi s
agar membebaskan ayahnya dari menjadi imam manusia ketika
shalat adalah kaum mukminin tidak dapat mendengar bacaannya
karena tangisannya. Namun demikian makna yang lebih sempurna di
sini adalah (yakni dia khawatir) orang-orang lain akan melihat
pertanda buruk padanya (dalam kematian Nabi s). Diriwayatkan
oleh al-Bukhari dari Aisyah yang berkata, “Saya berusaha meminta
kepada Rasulullah s mengenai hal ini. Karena tidak pernah terbetik
pada diriku bahwa manusia akan mencintai laki-laki yang
menggantikan tempat Rasulullah s. Maka saya menginginkan
Rasulullah s mengubah pendiriannya mengenai Abu Bakar.”(juga
terdapat di dalam Muslim). )
0 komentar:
Posting Komentar