Januari 14, 2011

Menangis karena Takut kepada Allah

Allah Ta’ala berfirman:
   “Allah telah menurunkan perkataan yang paling
baik (yaitu) Al Qur'an yang serupa (mutu ayatayatnya) lagi berulang-ulang, gemetar karenanya
kulit orang-orang yang takut kepada Tuhannya,
kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka di
waktu mengingat Allah.” (Qs Az-Zumar [39] : 23)
“Sesungguhnya orang-orang yang diberi
pengetahuan sebelumnya apabila Al Qur'an
dibacakan kepada mereka, mereka menyungkur
atas muka mereka sambil bersujud, dan mereka
berkata: "Maha Suci Tuhan kami, sesungguhnya
janji Tuhan kami pasti dipenuhi". Dan mereka
menyungkur atas muka mereka sambil menangis

dan mereka bertambah khusyu'.” (QS Al-Israa [17] :
107-109)
Telah diriwayatkan dari Abu Hurairah   ,  ia berkata: “Aku mendengar Rasulullah bersabda:
“Ada tujuh golongan yang bakal dinaungi oleh Allah
di bawah naungan-Nya, pada hari yang tidak ada
naungan kecuali naungan-Nya, yaitu: Pemimpin
yang adil, pemuda yang tumbuh dengan ibadah
kepada Allah (selalu beribadah), seseorang yang
hatinya bergantung kepada mesjid (selalu
melakukan shalat jamaah di dalamnya), dua orang
yang saling mengasihi di jalan Allah, keduanya
berkumpul dan berpisah karena Allah, seorang yang
diajak perempuan berkedudukan dan cantik (untuk
berzina), tapi ia mengatakan: Aku takut kepada
Allah, seseorang yang memberikan sedekah
kemudian merahasiakannya sampai tangan
kanannya tidak tahu apa yang dikeluarkan tangan
kirinya dan seseorang yang berzikir (mengingat)
Allah dalam kesendirian, lalu meneteskan air mata
dari kedua matanya.” (HR Bukhari Muslim, dan
lainnya).
"Tidak akan masuk neraka seseorang yang
menangis karena takut kepada Allah sehingga susu
itu dapat kembali ke tempat asalnya. Tidak akan
berkumpul debu fisabilillah itu dengan asap neraka
Jahanam." (diriwayatkan dari Abu Hurairah , oleh
At-Tirmidzin (hasan shahih), an-Nasa’i dan alHakim (shahih)

Nabi bersabda:

”Tuba  (sebuah pohon di Surga yang besarnya
sepanjang perjalanan seratus tahun, dan pakaian
penduduk Surga keluar dari kulit-kulitnya-
Diriwayatkan oleh Ahmad dan lainnya) adalah bagi
orang yang mengendalikan lisannya, rumahnya
cukup baginya, dan yang menangisi kesalahankesalahannya.” (Diriwayatkan dari Tsauban oleh
Ath-Thabrani dalam Al-Ausath was-Saghir, dengan
sanad hasan).

Dari Uqbah bin Amir ia bertanya:
”Aku berkata, Ya Rasulullah! Apakah keselamtan
itu?” Beliau menjawab: ”Mengendalikan lisanmu,
merasa nyaman dengan rumahmu dan menangisi
kesalahan-kesalahanmu.” (Diriwayatkan oleh Ibnu
al-Mubarak dalam  Az-Zuhd, Ahmad, at-Tirmdizi,
dan lain-lain,  hadits shahih).


Waspadalah terhadap Kerasnya Hati 

Waspadalah terhadap kerasnya hati, karena ia dapat
membawamu ke neraka. Maka jagalah hatimu dari
menjadi keras dan dari segala hal yang dapat
menyebabkannya mengeras, dan waspadalah dari
berpaling dari peringatan Allah Ta’ala.

“Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang
beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat
Allah dan kepada kebenaran yang telah turun
(kepada mereka), dan janganlah mereka seperti
orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan Al
Kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang
panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi
keras. Dan kebanyakan di antara mereka adalah
orang-orang yang fasik.” (QS Al-Hadid [57] : 16)

Disebutkan dalam penjelasan ayat ini, yang
diriwayatkan oleh Abu Hazim, bahwa Amir bin
Abdullah bin Az-Zubair mengatakan kepadanya
bahwa ayahnya mengabarkan kepadanya bahwa
hanya empat tahun berlalu antara waktu mereka
masuk Islam dan diturunkannya ayat ini, yang
melaluinya Allah mencela mereka (Shahih Sunan
Ibnu Majah). Ibnu Abbas berkata dalam penjelasan
terhadap ayat ini, ”Mereka menjadi condong kepada
dunia ini dan berpaling dari peringatan Allah”. (AlBaghawi menyebutkannya di dalam tafsirnya).

Tangisan
1
 adalah Rahmat yang Allah Letakkan di Hati
Hamba-Hamba-Nya
Dari Usama bin Zaid , ia berkata:

1
 Ibnu Qayyim berkata: “Jenis-jenis tangisan adalah: 1) tangisan
kasih sayang dan perhatian, 2) tangisan karena takut dan
penghormatan, 3) tanigsan cinta dan kerinduan, 4) tangisan
kegembiraan dan kebahagiaan, 5) tangisan kekhawatiran dan
penderitaan karena sakit yang tidak tertahankan, 6) tangisan
kesedihan, 7) tangisan karena kelelahan dan kelemahan, 8) tangisan
orang munafik, yakni manakala matanya dipenuhi air mata padahal
hatinya keras, 9) tangisan dusta dan dibayar, seperti wanita yang
dibayar untuk menangis, 10) tangisan ikut-ikutan, yakni ketika
seseorang melihat orang lain menangis karena suatu  kejadian, dia
pun mulai menangis, tanpa mengetahui apa yang mereka tangisi
(Zadul Ma’ad).

” Kami sedang berada di dekat Rasulullah . ketika
seorang di antara putri beliau menyuruh seseorang
memanggil beliau dan memberi kabar bahwa anak
putri beliau itu sedang menghadapi maut,
Rasulullah   . bersabda kepada utusan tersebut:
Kembalilah dan kabarkan kepadanya bahwa apa
yang Allah ambil dan Allah berikan adalah milikNya semata. Segala sesuatu di sisi-Nya adalah
dengan batas waktu tertentu. Suruhlah ia untuk
bersabar dan mengharap pahala. Utusan itu
kembali dan berkata: Dia berjanji akan memenuhi
pesan-pesan itu. Lalu Nabi   . berdiri diikuti oleh
Saad bin Ubadah dan Muadz bin Jabal. Aku pun
(Usamah bin Zaid) ikut berangkat bersama mereka.
Kemudian anak (dari putri beliau) diangkat kepada
beliau dan jiwanya bergolak seperti berada dalam
qirbah (tempat air) tua.
2
 Kedua mata Rasulullah .
menitikkan air mata. Lalu Saad bertanya: Apa arti
air mata itu, ya Rasulullah? Rasulullah . bersabda:
Ini adalah rahmat (kasih sayang) yang diletakkan

 Al-Qa’qa: pergerakan sesuatu yang darinya suara terdengar. Arti
yang dimakudkan disini adalah gejolak emosi kesedihan. Di sini
(yakni perawi) maksudnya setiap kali seorang anak memasuki tahap
tertentu, ia tidak membutuhkan waktu lama untuk memasuki
keadaan berikutnya yang membawanya dekat kematian.  Silahkan
merujuk kepada an-Nihayah

Allah dalam hati para hamba-Nya. Sesungguhnya
Allah mengasihi para hamba-Nya yang pengasih.”
(HR Bukhari-Muslim)

Tangisan Rasulullah

Ibnu Qayyim berkata dalam Zadul Ma’ad:
“Adapun tangisan Nabi keadaannya sama dengan
tawa beliau. Beliau tidak terisak keras dan
meninggikan suaranya, sama seperti beliau tidak
tertawa keras. Namun matanya akan dipenuhi air
mata sampai mengalir dan engkau mendengarkan
suara seperti suara ketel berasal dari dadanya.
Beliau menangis karena kasih sayang bagi yang
meninggal, karena takut dan rasa kasihan terhadap
umatnya, karena takut kepada Allah, karena
mendengarkan Al-Qur’an. Dan itu adalah tangisan
kerinduan, cinta dan pengagungan, disertai oleh
kekhawatiran dan khashyah (takut).”
Dari Abdullah bin Mas’ud , ia berkata:
“Rasulullah   perbah berkata kepadaku: “Bacalah
Al-Qur’an kepadaku!” Saya berkata: "Ya Rasulullah,
apakah saya akan membacakan Al-Quran itu,
sedangkan ia diturunkan atas Tuan?" Beliau  
bersabda: "Saya senang kalau mendengar-nya dari
orang lain." Saya lalu membacakan untuknya surat
an-Nisa', sehingga sampailah saya pada ayat - yang
artinya: "Bagaimanakah ketika Kami datangkan

kepada setiap ummat seorang saksi dan engkau
Kami jadikan saksi atas ummat ini?" - Surat anNisa' 41. Setelah itu Rasulullah   . lalu bersabda:
"Sudah cukuplah bacaanmu sekarang." Saya
menoleh kepada beliau   ., tiba-tiba kedua mata
beliau itu meleleh airmatanya." (HR BukhariMuslim).
3
Dari Ali , ia berkata:
“Kami tidak memiliki seorang penunggang kuda
bersama kami pada hari Badar kecuali al-Miqdad.
Semua diantara kami tidur kecuali Rasulullah  
yang berada di bawah pohon, shalat dan menangis
hingga pagi.” (HR Ibnu Khuzaimah dalam  Shahihnya).
Dari Abdullah bin Amr , ia berkata:
”Suatu hari di zaman Rasulullah terjadi gerhana
matahari. maka beliau berdiri dan shalat, sampai
seolah-olah beliau tidak akan ruku’, kemudian
beliau ruku’ (untuk waktu yang lama) seolah-seolah
beliau tidak akan mengangkat kepalanya, kemudian
beliau mengangkat kepalanya. Beliau tetap (dalam
keadaan demikian) dan seolah-olah beliau tidak

(Penjelasan dari ayat yang mulia ini telah disebutkan dalam hadits 
yang diriwayatkan oleh Abi Sa’id z yang berkata bahwa 
Rasulullah  s berkata, “Seorang nabi akan datang dan 
bersamanya ada dua orang)
akan sujud, kemudian beliau sujud, dan tetap 
seperti itu sampai seolah-olah beliau tidak akan 
mengangkat kepalanya, lalu beliau mengangkat 
kepalanya seolah-olah beliau tidak akan sujud 
kembali, kemudian beliau sujud seakan-akan beliau 
tidak akan mengangkat kepalanya. Lalu beliau 
mulai bernaas dengan berat dan menangis, berkata: 
”Tuhanku, bukankah Engkau telah berjanji 
kepadaku Engkau tidak akan menghukum mereka 
ketika aku berada diantara mereka? Rabb, 
bukankah Engkau telah berjanji kepadau Engkau 
tidak akan menghukum mereka manakala mereka 
memohon ampunan-Mu dan kami memohon 
ampunan kepada-Mu?” Ketika beliau selesai 
melaksanakan shalat dua raka’at, gerhana matahari 
telah terang kembali dan beliau bangkit dan memuji 
serta mengagungkan Allah dan kemudian beliau 
bersabda: ”Matahari dan bulan adalah dua ayat 
(tanda) diantara ayat-ayat Allah, keduanya tidak 
mengalami gerhana karena kematian atau kelahiran  
seseorang. Maka jika kalian menyaksikan gerhana, 
bersegeralah untuk mengingat Allah.” (HR AnNasa’i dan Abu Dawud)

Dari Al-Bara bin Azib , ia berkata:  
“Ketika kami bersama-sama dengan Rasulullah  
tiba-tiba beliau melihat kepada sekelompok orang 
dan berkata. “Untuk alasan apakah mereka 
berkumpul disini?” Dikatakan: “Untuk menggali 
kuburan.”  Rasulullah   pun terkejut dan cemas 
dan segera mendatangi para sahabat sampai beliau 
tiba di kuburan, kemudian beliau berlutut dan saya 
menoleh ke wajah beliau untuk melihat apa yang 
beliau lakukan. Beliau   menangis sampai tanah 
basah oleh air matanya, kemudian beliau berbalik 
kepada kami dan berkata, “Wahai saudarasaudaraku! Bersiaplah untuk hari seperti ini!”” (HR
Bukhari dalam At-Tarikh, Ibnu Majah, Ahmad dan 
lain-lainnya, hasan). 
Dari Abdullah bin Ash-Shikhir , ia berkata: 
“Aku melihat Rasulullah   shalat bersama kami, 
dan aku mendengar suara tangisan datang dari 
dadanya, seperti suara belanga yang mendidih’. 
(Abu Dawud, An-Nasa’i, At-Tirmidzi dalam  AshShami’il, Ibnu Hajar dalam Al-Fath, sanad yang 
kuat, dishahihkan oleh Ibnu Khuzaimah, Ibnu 
Hibban dan Al-Hakim). 

Tangisan Para Sahabat
Dari al-Irbad bin Sariyah yang berkata: 
“Rasulullah   pernah menasihati kami dengan 
nasihat yang menggetarkan hati dan mencucurkan 
air mata.” (HR Abu Dawud, at-Tirmdizi dan Ibnu 
Majah).
Dari Anas , ia berkata: 
”Rasulullah berkhutbah dengan sesuatu yang belum 
pernah kami dengar sebelumnya. Beliau   bersabda: 
”Sekiranya kamu tahu apa yang saya ketahui, niscaya
kamu akan sedikit tertawa dan banyak menangis.’ 
Para sahabat pun menutup wajah mereka, menangis 
dan terisak-isak (HR Bukhari Muslim)
4
Tangisan Abu Bakar
Bacaan Abu Bakar dalam shalat tidak dapat 
didengar karena tangisannya, sebagaimana yang 
diriwayatkan oleh Aisyah , ia berkata:  
“Pada waktu Rasulullah sakit keras, beliau diberi 
tahu tentang shalat. Lalu beliau bersabda, 
'Perintahkanlah kepada Abu Bakar agar ia shalat 
mengimami orang-orang.' Aisyah berkata, 'Abu 
Bakar adalah laki-laki yang berhati lembut. Apabila
membaca Al-Qur'an maka dia akan dikalahkan oleh 
tangisnya.' Beliau bersabda kepada mereka, 
'Suruhlah (Abu Bakar) untuk mengimami shalat' 
Aisyah mengulangi lagi ucapannya. Beliau bersabda, 
'Suruhlah dia mengimami shalat. Sesungguhnya
(Suara tangisan tanpa isak. Kata bahasa Arab yang digunakan 
adalah  khaanin yang berarti suara yang keluar dari hidung (anNihayah). Al-Hafidz berkata dalam al-Fath, ia diriwayatkan sebagai 
Hanin dengan “ha” oleh sebagian besar yang meriwayatkan Shahih 
Bukhari, dan al-Kashmihani meriwayatkannya sebagai khanin: yang 
pertama berkenaan dengan suara berasal dari isak di dalam dada dan 
yang kedua dari hidung.)
kalian (kaum wanita) adalah seperti orang-orang 
yang mendesak Yusuf.''
" (HR Bukhari) 
”Abu Bakar adalah seorang yang berhati lembut. 
Kalau ia berdiri ditempatmu, ia tidak akan mampu 
shalat mengimami manusia.” (HR Bukhari)

Tangisan Umar
Tangisan Umar   dapat terdengar dari shaf 
terakhir, sebagaimana yang diriwayatkan kepada 
kita dari Abdullah bin Shaddad, ia berkata: 
”Saya mendengar isak tangis Umar dari shaf 
terakhir ketika beliau membaca ayat Al-Qur’an: 
”Sesungguhnya hanyalah kepada Allah aku
(Al-Hafidz berkata dalam  al-Fath: “Kemiripan antara Aisyah dan 
kaum Yusuf adalah bahwa isteri al-Aziz mengundang beberapa 
orang wanita  untuk menghormati mereka dengan jamuan namun 
tujuan yang sebenarnya adalah untuk menunjukkan Nabi Yusuf  
kepada mereka. Dan tampaknya tujuan Aisyah meminta  Nabi s
agar membebaskan ayahnya dari menjadi imam manusia  ketika 
shalat adalah kaum mukminin tidak dapat mendengar bacaannya 
karena tangisannya. Namun demikian makna yang lebih sempurna di 
sini adalah (yakni dia khawatir) orang-orang lain akan melihat 
pertanda buruk padanya (dalam kematian Nabi s). Diriwayatkan 
oleh al-Bukhari  dari Aisyah yang berkata, “Saya berusaha meminta 
kepada Rasulullah s mengenai hal ini. Karena tidak pernah terbetik 
pada diriku bahwa manusia akan mencintai laki-laki  yang 
menggantikan tempat Rasulullah  s. Maka saya menginginkan 
Rasulullah s mengubah pendiriannya mengenai Abu Bakar.”(juga 
terdapat di dalam Muslim). )

0 komentar:

Posting Komentar


ShoutMix chat widget
make widget

1

free counters click here Advertisement Top Banner

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites